Jumat, 04 Mei 2012

Buat apa sih minder ?


Minder atau inferiority complex bahasa kerennya adalah penyakit menahun atau mungkin lebih tetapnya susah ilang. Tapi kalo berhasil ngilangin ni penyakit dampaknya wah banget buat kehidupan seseorang. Awal dari seseorang bisa terkenya penyakit ini karena dia ngerasa inferior atau merasa orang lain lebih wah dari dia. Dia nganggap diri dia nothing, dan menganggap orang lain wah. Karena alasan diatas, pantaslah dia sering ngerasa gak PD dan selalu mengacungkan tangan untuk ketidaksiapan karena dia merasa banyak orang lain yang lebih siap dari dia.

Penjelasan lainnya ketika kita ketemu ama orang tipe ini, pertama dia selalu "mengagungkan" orang lain, maksudnya coz dia ngerasa gak bisa apa-apa, dan menilai orang lain lebih mampu --padahal dia sendiri mampu-- dia terkadang suka bersikap kalo dia itu adalah follower. Biasanya ada orang yang jadi panutan buat orang bertipe ini, dan bahkan yang parah, semua orang dia anggap superior dari dia dan dia itu cuma piece of junk (kalo kasarnya). Kedua, sikap dia sehari-harinya hanya meminta pendapat orang lain tentang dirinya, dia ingin disamakan dengan orang panutannya itu dan kalo udah nyampe stadium akhir dia bahkan gak tau siapa dirinya dan apa lagi kelebihannya.

Itu dua faktor kronis dari orang yang mengidap penyakit ini. Ternyata penyakit psikologis lebih berbahaya dari penyakit fisik. Coba bandingin, mendingan mati atau jadi orang gila? well, silahkan memilih =^.^= . Gini ya, diatas belum dijelaskan secara rinci kenapa seseorang bisa terjangkit virus berbahaya ini. Virus ini berasal dari rasa ketidakmampuan, atau rasa "ada yang kurang" dalam pandangan pribadi. Misalnya, Ahmad adalah seorang anak petani, sedangkan Brandon adalah anak pengusaha.Kita mnelihat dari sudut pandang Ahmad sebagai anak petani. Dalam hal ini Ahmad memandang Brandon "wah" karena doi adalah anak orang kaya. Ada hal yang kurang dari ahmad yaitu kekayaan. 1-0 untuk Ahmad dan Brandon. Kemudian, dalam sisi pergaulan. Ahmad karena (anggap saja) dia malu akan status sosialnya, dia jadi minder bergaul karena malu. Tapi ketika dia melihat Brandon, (Karena dia orang kaya dalam pandangan Ahmad) dia terlihat lebih mudah bergaul. 2-0 skor sementara ini. Kemudian, dari sisi akademis. Ahmad karena orang tuanya berpenghasilan musiman maka dia tidak selalu memiliki uang untuk membeli buku. (karena skor sudah 2-0 maka hanya ada fikiran negatif yang ada di benak Ahmad) Jadi ketika teman-temannya membeli buku, dia hanya melamun dan terdiam. Dalam benaknya :"Kapan saya bisa pintar kalau buku saja tidak punya, coba lihat brandon, dia pasti bisa lebih pandai dari saya karena dia punya bukunya.". Skor TELAK 3-0. Dari contoh diatas, pelajaran apa yang bisa kita ambil brad n sist?

Kita bisa merasakan minder karena kita selalu memandang orang yang diatas kita. Jelas aja kita kalah telak, orang dari tampang, dompet, dsb kita udah kalah? iya gak? inferioritas itu semakin kuat karena fikiran kita juga disitu bermain. Udah gue bahas di artikel sebelumnya gimana kekuatan fikiran itu. Ketika yang diperkuat dalam keseharian lu adalah ke-inferioritas-an lu, maka ibarat lu numpahin air ke gelas, sedikit-sedikit pasti penuh. Itupun diri lu, ketika lu "mengisi" diri dengan
ke-inferioritas-an, maka itulah yang menjadi karakter lu dan itulah yang disebut inferioritas kompleks. Berbagai kelemahan dikumpulkan menjadi satu dan itulah indonesia, eh diri lu maksudnya.

So, Gimana caranya biar kita gak terjangkit virus mematikan ini? (emang bisa bunuh ya?)

Pertama, kita mesti sadar dulu siapa diri kita. Kita dikasih kelemahan JUGA kelebihan, intinya jangan terus MENGHINA diri sendiri HINAAN itu berarti banyak buat kehidupan lu.
Kedua, pilih "lawan tanding" yang sepadan deh, JANGAN SAMPE LU NGERASA KALAH TANDING DULUAN SEBELUM LU MULAI BERTANDING.
Ketiga, lebih mawas diri aja siapa lu, kapasitas lu, dan kegunaan lu idup. Coz, ketika lu mawas diri, maka secara gak langsung lu udah ngehindari diri dari dampak langsung bencana.


Mudah-mudahan berguna,
thaks 0^.^0


..ariezzaholic..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar